Informasi Terbaru :
Home » » CACING RAKSASA

CACING RAKSASA

Thursday, October 27, 2011 | 0 comments


Beberapa waktu kemarin telah ditemukan spesies cacing tanah kelompok abu-abu di kawasan Gunung Salak di Jawa Barat, dengan panjang lebih dari 1,5 meter. Kadang-kadang pendaki melihatnya ketika curah hujan tinggi dan terjasi hujan sepanjang hari di seluruh wilayah gunung. Cacing raksasa berwarna biru ini (Metaphire longa) oleh penduduk setempat disebut cacing sonari atau cacing bernyanyi, karena dapat mengeluarkan suara seperti peluit di malam hari. Cacing Sonari adalah sejenis cacing tanah.
Cacing tanah oleh beberapa praktisi dikelompokan berdasarkan warnanya yaitu kelompok merah dan kelompok abu-abu. Kelompok warna merah antara lain adalah Lumbricus rubellus (the red woorm), L. terestris (the night crawler), Eisenia foetida (the brandling worm), Dendroboena, Perethima dan Perionix. Sedangkan kelompok abu-abu antara lain jenis Allobopora (the field worm) dan Octolasium (Listyawan, et.al. 1998). Pada dasarnya cacing tanah adalah organisme saprofit, bukan parasit dan tidak butuh inang. Usia cacing tanah bisa mencapai 15 tahun, namun umur produktifnya hanya sekitar 2 tahun.
Jenis cacing yang umum dikembangkan di Indonesia adalah L. rubellus. Cacing ini berasal dari Eropa, ditemukan di dataran tingi Lembang - Bandung oleh Ir. Bambang Sudiarto pada tahun 1982. Dilihat dari morfologinya, cacing tersebut panjangnya antara 80 – 140 mm. Tubuhnya bersegmen-segmen dengan jumlah antara 85 – 140. Segmentasi tersebut tidak terlihat jelas dengan mata telanjang. Yang terlihat jelas di bagian tubuhnya adalah klitelum, terletak antara segmen 26/27 – 32. Klitelum merupakan organ pembentukan telur. Warna bagian punggung (dorsal) adalah coklat merah sampai keunguan. Sedangkan warna bagian bawah (ventral) adalah krem. Pada bagian depan (anterior) terdapat mulut, tak bergigi. Pada bagian belakang (posterior) terdapat anus (Listyawan, et.al. 1998).
Cacing tanah tidak dapat dibedakan jenis kelaminnya karena cacing bersifat hermaprodit alias dalam satu tubuh terdapat dua alat kelamin, jantan dan betina. Namun cacing tanah tidak dapat melakukan perkawinan sendirian. Untuk kawin ia membutuhkan pasangan untuk pertukaran sperma (Simandjuntak, 1982).
Cacing tanah termasuk makrofauna berperan sebagai soil ecosystem engineers yaitu memperbaiki struktur, porositas dan aerasi tanah. Ia murni organisme penghancur sampah dan pencacah serasah organik di dalam tanah. Nah, tinggal bagaimana kita dapat memanfaatkan ukuran morfologis dari makrofauna ini untuk mewujudkan sistem pertanian yang berkelanjutan yang ramah lingkungan. Secara logika semakin besar ukuran cacing tanah, seresah organik yang dicacah (dekomposisi) semakin banyak sehingga seresah yang terdiri atas pupuk organik (pupuk kascing) tersebut bisa langsung diserap oleh tanaman.
Dirangkum dari berbagai sumber.
Gambar : dunia-panas.blogspot.com
Share this article :

No comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Forum Mahasiswa Agroteknologi UNS - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger
Selamat datang Di blog resmi Forum Mahasiswa Agroteknologi (FORMAT) Fakultas Pertanian - Universitas Sebelas Maret