Informasi Terbaru :

Menjaga Alam Jamin Keamanan Pangan

Wednesday, October 30, 2013 | 0 comments

Dunia perlu menjaga pondasi ekologis di sektor pertanian dan perikanan guna menjamin keamanan pangan pada masa mendatang.
Hal ini terungkap dalam laporan terbaru Program Lingkungan PBB (UNEP), berjudul “Avoiding Future Famines: Strengthening the Ecological Basis of Food Security through Sustainable Food Systems,” yang diterbitkan Rabu (20/6).
Langkah menjaga pondasi ekologis ini guna memastikan agar dunia bisa memenuhi kebutuhan pangan 7 miliar penduduknya – yang diperkirakan akan naik menjadi lebih dari 9 miliar pada 2050.
Negara-negara dunia juga perlu menghapus inefisiensi dalam sistem transportasi pangan guna menghindari hilangnya atau terbuangnya bahan pangan yang jumlahnya saat ini mencapai sepertiga dari jumlah produksi pangan dunia atau mencapai 1,3 miliar ton per tahun.
Debat mengenai keamanan pangan seringkali hanya berputar pada empat pilar keamanan pangan yaitu ketersediaan (availability), akses (access), pemanfaatan (utilization) dan stabilitas pangan (stability) namun melupakan aspek layanan ekosistem.
Laporan ini mencoba mengembalikan debat keamanan pangan dalam kerangka ekonomi hijau dengan mengarahkan pada praktik produksi dan konsumsi pangan yang berkelanjutan guna memastikan tercapainya produktivitas pangan tanpa merusak lingkungan.
Dalam laporan ini juga terungkap, sektor pertanian memenuhi 90% kebutuhan kalori dunia sementara sektor perikanan menyediakan 10% sisanya. Namun berbagai masalah terus mengancam kedua sektor ini.
Di sektor pertanian: kompetisi memerebutkan air antara manusia dan lahan pertanian semakin sering terjadi. Pola pertanian konvensional yang merusak alam, menggunakan bahan-bahan kimia secara berlebihan masih terus berlangsung. Praktik ini sudah terbukti mengundang hama, merusak kesuburan dan meracuni air tanah.
Penggundulan hutan dan pencemaran pestisida juga bisa mengganggu layanan ekosistem seperti penyerbukan – dengan mematikan serangga penyerbuk dan sejumlah pemangsa alami lain yang berfungsi mengendalikan hama tanaman.
Lebih lanjut, perubahan iklim dan dampaknya juga mengacaukan pola dan waktu tanam, mengurangi produktivitas lahan.
Di sektor perikanan masalah eksploitasi sumber daya kelautan tetap menjadi ancaman. Rusaknya habitat pantai seperti terumbu karang dan hutan mangrove terus terjadi. Setidaknya 35% hutan mangrove dan 40% terumbu karang dunia telah hancur atau turun kualitasnya dalam 10 tahun terakhir.
Berkurangnya nutrisi telah menyebabkan hilangnya oksigen dalam air dan mematikan kehidupan di dalamnya. Lebih dari 400 zona mati (dead zones) telah diidentifikasi di perairan dunia.
Sementara perubahan iklim membuat suhu air laut semakin hangat dan asam yang berdampak pada kelestarian ikan. IPCC memerkirakan, 18% terumbu karang akan rusak dalam tiga dekade mendatang. Kondisi ini sekaligus merusak habitat ikan-ikan penting yang menjadi sumber pangan masyarakat.
Untuk perikanan darat, pembangunan di bantaran sungai juga telah merusak habitat ikan. Lebih dari 50% sungai-sungai terbesar dunia telah dibendung dan 59% sungai pecahannya mengalami perlakuan yang sama. Dan aktivitas manusia telah menyebabkan 20% pendangkalan sungai dunia.
Banyak solusi yang ditawarkan dalam laporan ini. Salah satunya adalah dengan beralih ke sistem pertanian dan perikanan yang berkelanjutan. Upaya sertifikasi produk pertanian dan perikanan juga bisa dilakukan seiring dengan upaya mengubah pola konsumsi masyarakat. 

Redaksi Hijauku.com


Continue Reading

Kampus Bisa Menjadi Pusat Konservasi

Tuesday, October 29, 2013 | 0 comments



Survei yang dilakukan di University of California, Berkeley menunjukkan, lingkungan kampus bisa menjadi surga bagi keanekaragaman hayati.
Hal ini terungkap dari siaran pers UC, Berkeley yang diterbitkan untuk publik Senin (23/7).
Populasi burung di kampus University of California, Berkeley, tetap terjaga dalam 100 tahun terakhir. Menurut para peneliti, hal ini menunjukkan bahwa upaya menciptakan ruang hijau bagi hewan liar di tengah kepadatan kota, sangat mungkin untuk dilakukan.
Kabar baik ini datang dari hasil survei yang dilakukan selama enam bulan pada musim dingin (Desember – Januari) 2006-07. Hasil penelitian ini telah diterbitkan dalam jurnal “Condor” terbaru edisi Mei, 2012.
Penelitian yang dilakukan di luar musim kawin ini berhasil mengidentifikasi 48 spesies burung di wilayah seluas 34 hektar dari 72 hektar wilayah kampus utama UC, Berkeley. Jumlah ini lebih besar dibanding hasil survei pada 1913-18 dan 1938-39, yang berjumlah 44 dan 46 spesies.
“Sebelumnya banyak yang berasumsi bahwa jumlah spesies burung akan terus menurun karena kampus, sebagaimana lingkungan perkotaan yang lain, terus dimodifikasi. Kampus UC Berkeley saat ini memiliki lebih banyak gedung. Jumlah mahasiswanya juga 15 kali lebih banyak,” ujar Rauri Bowie, Profesor Biologi Terapan di UC Berkeley. “Apa yang terjadi dalam satu abad terakhir membuktikan sebaliknya.”
Penemuan lain: walau jumlah spesies bertambah, menurut Allison Shultz, komposisi burung telah berubah dalam 93 tahun terakhir. Hal ini karena burung-burung telah beradaptasi dengan baik dengan perkembangan lingkungan kampus. Allison adalah mantan mahasiswa UC Berkeley yang melakukan penelitian ini untuk studi doktoralnya.
Jumlah burung gagak di kampus meningkat, juga burung elang, merpati dan camar yang mampu beradaptasi dengan baik di habitat manusia. Contoh dari adaptasi ini bisa dilihat dari kemampuan burung elang untuk bersarang di pohon eucalyptus yang baru ditanam di kampus UC Berkeley dalam 10 tahun terakhir.
“Burung-burung ini sangat pintar beradaptasi di lingkungan manusia. Mereka dengan cepat memelajari kebiasaan manusia dan berhasil selamat di lingkungan yang berbeda,” ujar Bowie.
Secara umum, penemuan ini membuat Bowie dan Shultz sangat optimistis terhadap fungsi ruang hijau di perkotaan, terutama di lingkungan kampus, untuk menjadi ruang bagi keanekaragaman hayati.
“Saatnya bagi ruang hijau di perkotaan untuk menjadi tidak hanya surga bagi keanekaragaman hayati, namun juga tempat perkembangbiakan burung liar,” ujar kedua peneliti dalam laporannya.
Jim Horner, arsitek lanskap kampus UC Berkeley, walaupun menolak disebut berjasa, menyatakan sangat senang mendengar informasi ini. “Sangat menyenangkan melihat burung-burung masih berkeliaran di sekitar kampus walau kami telah melakukan banyak perubahan di sana-sini,” ujarnya.
“Kami akan terus berupaya menjaga verietas tanaman di kampus, termasuk memertahankan wilayah-wilayah alami dan ruang terbuka, yang akan memberikan manfaat bagi semua populasi,” tambahnya lagi.
Redaksi Hijauku.com

Continue Reading

Eco Excellence: Sudahkah Anda Memraktikkannya?

| 0 comments


“We are what we repeatedly do. Excellence, then, is not an act, but a habit” ~ Aristoteles.
Kalimat di atas bisa diterjemahkan secara bebas sebagai berikut: ” Pribadi Anda tercermin dari kebiasaan Anda. Keahlian Anda akan terasah dari karakter Anda tersebut, bukan dari aksi sesaat.”
Jika Anda ingin menjadi penggiat lingkungan sejati, Anda harus melakukan perubahan secara rutin dan menjadikan perilaku ramah lingkungan tersebut kebiasaan Anda sehari-hari.
Selama ini, fokus gerakan ramah lingkungan lebih pada upaya meningkatkan kesadaran, namun di banyak kasus, praktik ini kurang berhasil. Meningkatkan kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan (knowledge) dengan perilaku (action) adalah kunci utama keberhasilan gerakan hijau ini. Bagaimana caranya?
Formula dasarnya adalah dengan mengidentifikasi dan menyadari kebiasaan apa yang sering Anda lakukan dalam kehidupan Anda sehari-hari yang memiliki dampak besar terhadap lingkungan.
Langkah selanjutnya, bertindaklah dan ciptakan kebiasaan baru. Terdengar mudah bukan? Namun bagaimana Anda bisa melakukannya?
Pertama; kenali kebiasaan Anda. Mana dari kebiasaan Anda tersebut yang memiliki dampak terbesar terhadap lingkungan. Selanjutnya, ciptakan secara konsisten kebiasaan baru. Berikut 4 wilayah yang bisa membantu Anda menjadi penggiat lingkungan sejati.
1. Konsumsi BBM: Ini adalah wilayah utama yang menimbulkan efek personal langsung pada lingkungan. Dengan menghemat konsumsi bahan bakar, Anda bisa mengurangi polusi dan emisi gas rumah kaca yang mengganggu lingkungan dan kesehatan. Anda juga bisa menghemat biaya jika memraktikkannya.
Perilaku ramah lingkungan di lingkup ini mencakup: beralih ke bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, menghemat BBM dan mengurangi pemborosan berkendara dengan cara berbagi tumpangan (ride-sharing). Anda juga bisa bekerja dari rumah dan menggunakan transportasi aktif dan alternatif seperti sepeda atau kendaraan umum untuk menghemat energi dan biaya.
2. Konsumsi Listrik: Jika satu keluarga bahkan satu negara bisa beralih ke energi alternatif, mereka akan bisa menghemat sumber daya setara dengan tidak berkendara ribuan kilometer jauhnya.
Praktik ramah lingkungan ini meliputi: menggunakan energi baru dan terbarukan yang sesuai dengan kondisi geografis dan lingkungan (seperti energi angin, energi surya, air, dsb), menghemat listrik di rumah (dengan menggunakan produk yang tersertifikasi ramah lingkungan seperti energy star), serta penerapan prinsip penghematan energi oleh setiap anggota keluarga.
3. Konsumsi Air: Air yang jernih dan segar semakin jarang ditemui bahkan di negara maju sekalipun. Praktik ramah lingkungan untuk menghemat air meliputi: menerapkan prinsip penghematan air untuk pribadi dan rumah tangga, mendaur ulang air dan mengelola air limbah.
4. Pembuangan Sampah: Sampah kita sebagian besar bisa didaur ulang. Anda bisa mengurangi separuh dari volume sampah mingguan Anda dengan memisahkan plastik, gelas dan kertas untuk didaur ulang sebelum membuangnya ke tempat sampah.
Jangan lupa untuk membuat program daur ulang di lingkungan, bekerja sama dengan pemulung dan pusat daur ulang. Bersama kita bisa membuat perubahan besar di dunia. Ubah kebiasaan Anda dan saksikan perubahan dunia ke arah yang lebih hijau, lestari dan sehat.
Redaksi : Hijauku.com

Continue Reading

Menghijaukan Kota dengan Teknologi

| 0 comments


Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) bantu ciptakan kota dan konsumen yang ramah lingkungan.
Saat ini, separuh dari penduduk dunia tinggal di wilayah perkotaan. Permasalahan kota terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Buruknya layanan transportasi, sanitasi, gedung yang tidak layak pakai, hingga masalah keamanan lingkungan tidak asing lagi bagi penduduk kota-kota besar dunia termasuk di Jakarta.
Namun teknologi informasi dan komunikasi (TIK) bisa membantu pemerintah menciptakan kota yang bersih, aman dan ramah lingkungan. Hal ini terungkap dalam laporan Worldwatch Institute berjudul “State of the World 2012: Moving Toward Sustainable Prosperity” yang diterbitkan baru-baru ini.
Di Singapura misalnya, penduduk bisa menggunakan telepon genggam untuk mencek lalu lintas dan layanan transportasi. Mereka bisa menggunakan program yang menampilkan rute-rute alternatif yang bebas macet. Mereka juga bisa memeroleh informasi mengenai penundaan dan perubahan layanan transportasi publik.
“Pemerintah kota bisa memanfaatkan TIK untuk menciptakan kota yang lebih ramah lingkungan,” ujar Michael Renner, peneliti senior dari Worldwatch Institute. Kota-kota dunia bisa semakin pintar dengan bantuan infrastruktur digital. Kota bisa menggunakan lampu jalan yang dilengkapi sensor gerak untuk menghemat energi atau kartu pintar untuk membayar kereta atau bus dengan sekali gesek sehingga bisa mengurangi sampah dan memerbaiki layanan publik.
Dalam beberapa kasus, kota-kota dunia bekerja sama dengan perusahaan swasta untuk menciptakan kota yang ramah lingkungan. Kota Rotterdam di Belanda misalnya, bekerja sama dengan General Electric (GE) guna mencapai target pengurangan emisi CO2 hingga 50% dibanding tingkat emisi pada tahun 1990-an.
GE menggunakan berbagai teknologi untuk menghemat energi dan mengurangi pemborosan air. Penggunaan alat-alat TIK ini akan memangkas gas rumah kaca dalam jumlah besar di Rotterdam, yang – walau luasnya hanya sepersepuluhnya – memiliki tingkat emisi CO2 setara dengan Kota New York.
“TIK bisa menjadi alat yang sempurna walau tidak bisa menjawab semua tantangan untuk menghijaukan perkotaan,” ujar Lind, Direktur Eksekutif dan Pemimpin Redaksi “Next American City”, lembaga nirlaba yang berfokus menciptakan kota yang ramah lingkungan.
Kuncinya, menurut Lind, adalah keterbukaan data. Dengan berbagi informasi, para pembuat kebijakan akan semakin mudah menciptakan kota yang ramah lingkungan.
Contoh, Spatial Information Design Lab, lembaga milik Columbia University di New York menggunakan data tingkat kriminalitas dan buruknya fasilitas perumahan, pendidikan dan layanan kesehatan untuk mengidentifikasi lingkungan-lingkungan yang bermasalah di kota-kota besar di AS. Strategi ini berhasil mengurangi angka kejahatan sekaligus menciptakan infratruktur dan fasilitas kota yang sehat dan ramah lingkungan.
Redaksi : Hijauku.com

Continue Reading

Bertani dengan Bantuan Satelit

| 0 comments


Teknik pertanian semakin canggih. Para petani kini bisa menggunakan data satelit untuk meningkatkan hasil panen.
Data-data ini bisa diperoleh secara gratis dari hasil pencitraan satelit Landsat milik lembaga survei geologis dan lembaga antariksa Amerika Serikat (NASA).
Dengan menggunakan data-data ini, para petani akan mengetahui lokasi-lokasi yang cocok untuk lahan pertanian. Mereka juga bisa mengetahui kondisi dan potensi lahan sebelum mereka mulai menanam.
Hal ini terungkap dari laporan yang dirilis NASA minggu lalu (27/9). Para petani yang ingin membeli lahan baru, misalnya, bisa memanfaatkan data-data ini untuk memeroleh lahan yang tepat.
Sebagai calon pembeli, petani bisa melihat data-data historis dalam tiga, empat bahkan lima tahun terakhir yang diperoleh dari fasilitas penginderaan jarak jauh guna mengetahui apakah ia perlu melakukan pengolahan atau perbaikan lahan sebelum memulai penanaman.
Para petani di Amerika Serikat bisa menemukan data-data ini setiap tahun dari dokumen satelit Landsat yang telah mengoleksi data ini selama 40 tahun terakhir. Data-data ini dikelola oleh lembaga survei geologis Amerika Serikat.
Jika dari data pencitraan satelit, daun tanaman di lahan tersebut berwarna hijau zamrud, berarti lahan tersebut mengandung banyak pupuk nitrogen yang tidak terpakai yang bisa mencemari air dan produk-produk pertanian.
Sementara jika dari data pencitraan satelit, daun tanaman di lahan tersebut berwarna kuning, berarti tanaman menyerap nitrogen lebih banyak dan menyimpan lebih banyak gula. Dengan mengetahui kondisi tanah ini, petani bisa menerapkan teknik pemupukan yang tepat sesuai dengan tanaman yang dibudidayakan.
Redaksi: Hijauku.com

Continue Reading

Untuk Ketersediaan Pangan di Masa Depan, Diperlukan Evaluasi Kekayaan Bank Benih Dunia

Wednesday, October 16, 2013 | 0 comments

Rabu, 16 Oktober 2013 - Meski berbagai benih dapat dengan mudah diakses dalam 1.700 bank gen di seluruh dunia, potensinya tidak dimanfaatkan secara penuh dalam pembudidayaan tanaman.
Continue Reading

Menyelamatkan Pangan Dunia dengan Gen yang Membendung Wabah Patogen Karat Batang Gandum

Tuesday, October 15, 2013 | 0 comments

Selasa, 15 Oktober 2013 - "Gen Sr35 ini berfungsi sebagai komponen utama dari sistem kekebalan tanaman. Gen ini mengenali patogen dan memicu sebuah respon dalam tanaman untuk melawan penyakit."
Continue Reading
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Forum Mahasiswa Agroteknologi UNS - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger
Selamat datang Di blog resmi Forum Mahasiswa Agroteknologi (FORMAT) Fakultas Pertanian - Universitas Sebelas Maret