Sabtu, 10 Juli 2010 | 08:27 WIB
TABLOID NOVA/ADRIANUS ADRIANTO
Gulai Pakis Campur Udang
PALANGKARAYA, KOMPAS.com - Sayur-sayuran yang diperjualbelikan di pasar dalam Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah mulai didominasi sayuran organik, yaitu sayuran yang hidup dan berkembang di alam bukan hasil budi daya.
Berdasarkan pemantauan di Pasar Besar Kota Palangkaraya, Sabtu (10/7/2010) dilaporkan, pasar sayuran kota ini terlihat lebih khas kalau dibandingkan pasar sayuran di daerah lain karena di lokasi pasar Palangkaraya banyak diwarnai sayuran yang berasal dari tumbuh-tumbuhan hutan.
Di antaranya adalah sayuran yang berasal dari tumbuhan rotan hutan, seperti umbut walatung, singkah, umbut paikat, umbut manau, dari bambu seperti rebung, atau umbut kelapa.
Sayuran lainnya, umbut tumbuhan bakung, pakis hutan (paku), kalakai, daun akar telunjuk langit, serta sawi hutan, dan beberapa jenis sayuran lainnya yang berasal dari semak belukar yang kurang populer namanya.
Menurut para pedagang, sayuran asli asal tanaman hutan tersebut harganya relatif murah bila dibandingkan dengan sayuran budi daya, apalagi sayuran budi daya kebanyakan didatangkan dari Pulau Jawa sehingga harganya cukup mahal.
Ia menjelaskan, sayuran umbut rotan walatung dan umbut rotan singkah seharga Rp 5.000 per ikat ukuran kecil, daun pakis hutan Rp 2.500, per ikat, daun kalakai Rp 1.500 per ikat, daun telunjuk langit Rp 2.500 per ikat, dan daun sawi hutan Rp 2.000 per ikat.
Dibandingkan dengan sayur kol, sawi, wortel, kentang, dari Pulau Jawa yang harganya sudah sulit dijangkau, sayuran organik tersebut harganya justru lebih murah.
No comments:
Post a Comment