Pengabdian Masyarakat Desa Klumprit GO ORGANIK
Friday, December 30, 2011 | 1comments
Varietas Inpari 13 Panen 10,8 Ton/ha di Pinrang
Monday, November 28, 2011 | 0 comments
Padi varietas Inpari 13 yang yang diujicobakan oleh BPTP Sulawesi Selatan kerjasama dengan Pemkab Pinrang di hamparan kelompok tani Bunneria 2 Kelurahan Mattiro Deceng, Kecamatan Tiroang Pinrang dengan hasil panen mencapai 10,81 ton/ha. “Musim panen kali ini cukup beruntung selain hasil panen naik tajam juga harga jual GKP laku Rp. 3.450/kg,“ kata Suparman ketua kelompoktani Bunneria 2 kepada Sinta di Tiroang, pekan lalu.
Seusai panen ubinan Bupati Pinrang H. Andi Aslam Patonangi mengatakan, peningkatan penghasilan masyarakat tani adalah yang terpenting karena sektor pertanian merupakan motor utama penggerak perekonomian Pinrang sehinga grand design pembangunan beranjak dari sektor tersebut. Bupati berharap agar Pinrang kembali dijadikan wilayah penangkaran benih, menambah penangkaran yang sudah ada sebelumnya, disertai peningkatan kerjasama dengan BPTP untuk pendampingan teknologi.
Kepala BPTP Sulawesi Selatan dalam sambutannya mengatakan varietas Inpari 13 menjadi padi yang paling dicari di Indonesia sebab satu-satunya varietas yang tidak terserang hama wereng coklat. Dikatakan Dr. Ir. Nasrullah bahwa penangkaran benih adalah kebijakan yang akan diambil oleh Kementerian Pertanian untuk penyediaan benih yang tepat waktu dan kualitas yang dapat dipertanggung jawabkan.
Selain itu Kementerian Pertanian sudah punya jaringan perbenihan nasional melalui internet. BPTP akan menginventarisir dan menginput data varietas yang tersedia di suatu daerah sehingga semua propinsi dapat melihat jenis dan stok varietas propinsi lain, selanjutnya dapat memesan melalui BPTP.
Dalam kesempatan itu DR. Ir. Nasrullah, M.Sc mensosialisasikan beberapa program Kementerian Pertanian antara lain peluncuran software kalender tanam berdasarkan estimasi iklim, program kawasan rumah pangan lestari yang telah dicoba pertama kali di Pacitan kampung halaman Bapak Presiden SBY. BPTP Sulawesi Selatan sudah membuat model percontohan sebanyak 5 unit untuk tahun 2012 dan Kab. Pinrang dijanjikan akan menjadi bagian dari program tersebut. Kementerian Pertanian juga sudah membuat grand design kawasan pengembangan hortikultura.
Sumber : sinartani
Waspada Hama dan Penyakit Padi Di Awal Musim Hujan
| 0 comments
Kepala Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Ir. Sarsito Wahono Gaib Subroto, MM mengatakan tiga propinsi yang dikawal khusus yakni Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Hasil survei lapangan kami, serangan hama penyakit tanaman padi menurun, namun kita tetap waspada, karena di lapangan masih ada kesinambungan tanaman,” katanya kepada Sinar Tani
Saat ini lanjutnya masih banyak tanaman padi di daerah pegunungan. Ketika masuk musim hujan dan petani di daerah bawahnya mulai tanam, dikhawatirkan siklus penyakit tidak terputus. “Maka kita kawal agar tidak terjadi kemungkinan adanya migrasi hama dan penyakit,” tambah Gaib. Prinsipnya adalah kalau ada spot langsung distop.
Selain itu, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengatakan perlu diwaspadi kemungkinan munculnya hama tikus. “Di awal musim tanam ini diperkirakan tingkat serangan hama tikus akan tinggi oleh karena itu petani perlu waspada dan pemerintah mendampingi petani dalam proses pengawasan pertanaman di lapangan ,” terang Winarno. Petani lanjut Winarno Tohir meminta agar bisa dibantu pemerintah mengantisipasi serangan hama dan penyakit ini.
Winarno memprediksi musim tanam akan dimulai pada akhir November 2011 hingga Januari 2012. Menurutnya untuk mengatasi permasalahan hama dan penyakit secara optimal, pemerintah tidak cukup hanya sekedar memberikan pengawalan saja melainkan juga harus memberikan bantuan secara nyata kepada petani misalnya memberikan bantuan obat pengendali hama dan penyakit atau memberikan subsidi untuk pembelian obat-obat pengendali hama dan penyakit tanaman sehingga lebih dapat dijangkau oleh petani. “Jika hal tersebut dilakukan kemungkinan terjadinya puso dapat dicegah,” ujarnya.
Semakin Sulit
Winarno menambahkan faktor alam saat ini semakin sulit diprediksi dan dikhawatirkan akan mengganggu proses produksi di pertanaman. Winarno memprediksi di awal tahun 2012 ini akan terjadi banjir di beberapa daerah sentra tanam, akan tetapi masih dalam ambang batas sehingga tidak mempengaruhi produksi scara nasional.
Sumber : sinartani.com
Hingga Tahun 2025, Kebutuhan Lahan Untuk Pangan Capai 13,17 Juta Ha
| 0 comments
awal sembunyi
Jakarta – Hingga tahun 2025, kebutuhan lahan untuk pangan di Indonesia diperkirakan mencapai 13,17 Juta Ha dengan rincian, tambahan lahan sawah mineral sebesar 2 Juta Ha, lahan rawa 3, 32 Juta Ha, dan tambahan lahan kering 7,85 Juta Ha. Hal ini dikatakan Menteri Pertanian, Dr. Ir. Suswono, MMA saat menjadi Keynote Speech pada acara Kongres Kehutanan Indonesia ke V yang berlangsung dari tanggal 22 – 24 November 2011 di Gedung Manggala Wanabakti Senayan, Jakarta.
Dijelaskan Mentan, dari total luas lahan pertanian saat ini seluas 70 juta Ha, yang efektif untuk produksi pertanian hanya 45 juta Ha. ”Luas lahan sawah cenderung menurun sebagai akibat alih fungsi lahan sawah menjadi lahan non pertanian yang mencapai 50 – 70 ribu Ha per tahun. Padahal pencetakan sawah hanya seluas 20 -40 ribu Ha per tahun,” kata Mentan.
Untuk itu, Mentan kembali menegaskan pentingnya Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLPPB) sebagaimana yang diamanatkan oleh UU No. 41 Tahun 2009 agar dapat mengurangi laju konversi lahan. ”Dengan UU ini, saya minta secara khusus kepada para Bupati atau Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia agar tidak mudah memberikan izin alih fungsi lahan pertanian di daerahnya. ”Sekarang sawah dikepung bangunan. Lahan produktif kita banyak yang beralih fungsi, padahal kekurangan pangan adalah masalah besar," kata Mentan
Sumber: Deptan.go.id
awal sembunyi
CACING RAKSASA
Thursday, October 27, 2011 | 0 comments
Beberapa waktu kemarin telah ditemukan spesies cacing tanah kelompok abu-abu di kawasan Gunung Salak di Jawa Barat, dengan panjang lebih dari 1,5 meter. Kadang-kadang pendaki melihatnya ketika curah hujan tinggi dan terjasi hujan sepanjang hari di seluruh wilayah gunung. Cacing raksasa berwarna biru ini (Metaphire longa) oleh penduduk setempat disebut cacing sonari atau cacing bernyanyi, karena dapat mengeluarkan suara seperti peluit di malam hari. Cacing Sonari adalah sejenis cacing tanah.
Cacing tanah oleh beberapa praktisi dikelompokan berdasarkan warnanya yaitu kelompok merah dan kelompok abu-abu. Kelompok warna merah antara lain adalah Lumbricus rubellus (the red woorm), L. terestris (the night crawler), Eisenia foetida (the brandling worm), Dendroboena, Perethima dan Perionix. Sedangkan kelompok abu-abu antara lain jenis Allobopora (the field worm) dan Octolasium (Listyawan, et.al. 1998). Pada dasarnya cacing tanah adalah organisme saprofit, bukan parasit dan tidak butuh inang. Usia cacing tanah bisa mencapai 15 tahun, namun umur produktifnya hanya sekitar 2 tahun.
Jenis cacing yang umum dikembangkan di Indonesia adalah L. rubellus. Cacing ini berasal dari Eropa, ditemukan di dataran tingi Lembang - Bandung oleh Ir. Bambang Sudiarto pada tahun 1982. Dilihat dari morfologinya, cacing tersebut panjangnya antara 80 – 140 mm. Tubuhnya bersegmen-segmen dengan jumlah antara 85 – 140. Segmentasi tersebut tidak terlihat jelas dengan mata telanjang. Yang terlihat jelas di bagian tubuhnya adalah klitelum, terletak antara segmen 26/27 – 32. Klitelum merupakan organ pembentukan telur. Warna bagian punggung (dorsal) adalah coklat merah sampai keunguan. Sedangkan warna bagian bawah (ventral) adalah krem. Pada bagian depan (anterior) terdapat mulut, tak bergigi. Pada bagian belakang (posterior) terdapat anus (Listyawan, et.al. 1998).
Cacing tanah tidak dapat dibedakan jenis kelaminnya karena cacing bersifat hermaprodit alias dalam satu tubuh terdapat dua alat kelamin, jantan dan betina. Namun cacing tanah tidak dapat melakukan perkawinan sendirian. Untuk kawin ia membutuhkan pasangan untuk pertukaran sperma (Simandjuntak, 1982).
Cacing tanah termasuk makrofauna berperan sebagai soil ecosystem engineers yaitu memperbaiki struktur, porositas dan aerasi tanah. Ia murni organisme penghancur sampah dan pencacah serasah organik di dalam tanah. Nah, tinggal bagaimana kita dapat memanfaatkan ukuran morfologis dari makrofauna ini untuk mewujudkan sistem pertanian yang berkelanjutan yang ramah lingkungan. Secara logika semakin besar ukuran cacing tanah, seresah organik yang dicacah (dekomposisi) semakin banyak sehingga seresah yang terdiri atas pupuk organik (pupuk kascing) tersebut bisa langsung diserap oleh tanaman.
Dirangkum dari berbagai sumber.
Gambar : dunia-panas.blogspot.com
Wednesday, October 5, 2011 | 0 comments
Secara umum, pupuk didefinisikan sebagai suatu bahan yang diberikan ke dalam tanah untuk menaikkan produksi tanaman dalam keadaan lingkungan yang baik. Sering kali kita agak kesulitan dalam membedakan antara pupuk organik, pupuk hijau, pupuk kompos, pupuk kandang, pupuk hayati dan lain sebagainya.
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa organik (sisa organisme yang telah mati baik hewan maupun tumbuhan) melalui berbagai tingkat dekomposisi. Pupuk kandang termasuk ke dalam pupuk organik yang diperoleh dari kotoran hewan, terutama hewan ternak, selain itu juga ada istilah pupuk kascing yang berasal dari bekas kotoran cacing tanah dan pupuk guano dari kotoran kelelawar.
Untuk pupuk hijau lebih spesifik lagi pengertiannya yaitu diperoleh dari bagian vegetatif tanaman terutama legum. Perlu diketahui bahwa legum ini mengandung N tinggi, misalnya pada tanaman Orok-orok. Sedangkan pupuk kandang merupakan pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan (terutama hewan ternak). Untuk pupuk kompos biasanya berasal dari seresah daun.
Pupuk Hayati (Biofertilizer) adalah pupuk yang diperoleh melalui campur tangan manusia yang menggunakan bahan aktif berupa mikroba unggul. Pilihan yang biasa digunakan adalah mikroba penambat N, mikroba pelarut P, mikoriza, atau PGPR (plant growth promoting rhizobacteria).
Dari beberapa definisi singkat mengenai definisi pupuk di atas dapat disimpulkan bahwa pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik yang berasal dari tanaman dan hewan yang dapat drombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Untuk pupuk hayati yaitu inokulan berbahan aktif organism hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman.
(Dirangkum dari beberapa sumber)
PENUGASAN MIKORIZA 2011
Wednesday, September 21, 2011 | 0 comments
Pibadi:
1. alat mandi, alat sholat, obat pribadi, pakaian hangat
2. drescode hari 1: almamater + baju bebas(kemeja) + bawahan gelap (non jeans, non pencil, non ketat)+ jilbab + sepatu.... hari 2: kaos kuning + celana training + sepatu
3. lilin
4. slayer
5. cocard (menyusul)
6. kopi instant 4 sachet
7. jas hujan
8. 10 foto bersama kakak tingkat (harus terdiri dari jurusan ilmu tanah, agronomi, AGT 2008, 2009, 2010; 1 lembar foto berisi 1 foto kakak tingkat)
9. materai Rp. 6.000,00
10. tas maksimal 1 buah
11. gelas plastik
12. makanan kecil
14. air mineral 2 botol
15. Cocard (lihat di sekre format FP UNS)
KELOMPOK
1. tembakau
2. garam
3. gula jawa 1/2 kg
4. poster tempel bahan dasar organik tema agriculture ukuran 100x60 cm ( di kumpulkan maksimal jumat, 30 september 2011)
5. piring plastik 2 buah
5. tampah 2 diameter 50 cm
nb: dilarang bawa barang berharga, penugasan ini masih bisa berubah tanpa pemberitahuan
INTERAKSI HARA DALAM TANAH
Thursday, September 15, 2011 | 0 comments
Secara singkat konsep pemupukan berimbang adalah penambahan pupuk ke dalam tanah dengan jumlah dan jenis hara yang sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan hara oleh tanaman untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil komoditas pertanian (Deptan, 2009).
Di dalam pemberian pupuk tertentu tidak dipungkiri bahwa sering kali kita tidak memperhatikan interaksi yang terjadi di dalam tanah setelah aplikasi pupuk terutama pupuk buatan. Memang takaran/dosis yang diaplikasikan ke lahan sudah tertera di dalam kemasan. Tentu kita menyadari bahwa Takaran pupuk yang digunakan untuk memupuk satu jenis tanaman akan berbeda untuk masing-masing jenis tanah, hal ini dapat dipahami karena setiap jenis tanah memiliki karakteristik dan susunan kimia tanah yang berbeda.
Di dalam interaksi ditunjukkan bahwa jika terdapat suatu unsur hara yang berlebih maka akan mengganggu serapan maupun kinerja unsur hara yang lain. Sehingga resikonya adalah pupuk yang diberikan tidak efektif untuk tanaman. Contoh interaksi secara fisiologis (Purwanto, 2009*) sebagai berikut :
Unsur hara berlebih Keterangan
Nitrogen (N) Meningkatkan kekahatan Cu dan Boron (B) sehingga meningkatkan kerentanan terhadap serangan hama & penyakit
Fosfor (P) Mengganggu serapan Cu, Besi (Fe) dan Zn
Kalium (K) Menimbulkan kekahatan B
Kalsium (Ca) Menurunkan Serapan B
Tembaga (Cu) dan Sulfat Menghambat serapan Mo
Cu, Seng (Zn), Mangan (Mn) Menghambat serapan Fe
K atau Natrium (Na) Menurunkan serapan Mn dan B
N dan Magnesium (Mg) Menimbulkan kekahatan Cu
Interaksi hara dalam tanah terdiri dari interaksi positif, negatif maupun netral yang ketiganya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Misal untuk interaksi positif (sinergisme) pada pemberian Zn dapat meningkatkan serapan K dalam tanah, memperbaiki status N, P dan Ca dalam suatu tanaman sehingga mampu meningkatkan produksi. Dalam aplikasinya, pemberian unsur Zn (1000 ppm) melalui daun lebih efektif daripada pemberian lewat tanah atau injeksi.
*Biologi Tanah. Kajian Pengelolaan Tanah Berwawasan Lingkungan, Hibah Penyusunan Buku Ajar DP2M Dikti
Pemiskinan Petani Makin Meluas
Tuesday, July 5, 2011 | 1comments
Penelusuran Kompas di sejumlah sentra produksi padi di wilayah pantai utara Jawa dari Karawang, Jawa Barat, hingga Tegal, Jawa Tengah, sejak Minggu hingga Selasa (22/2/2011), menunjukkan, pemiskinan petani memang nyata terjadi.
Di lapangan, Mujib (35), pemuda warga Desa Randusari, Kecamatan Pagerbarang, Kabupaten Tegal, menyatakan, saat ini ia hanya mengolah lahan sawah 0,25 bau atau sekitar 1.700 meter persegi (1 bau sekitar 0,7 hektar atau 7.096 meter persegi).
Lahan ini pemberian orangtuanya, mantan pegawai Kantor Urusan Agama Tegal. Pemilik lahan satu bau itu saat ini menggarap lahan sewa 0,25 hektar. Dengan mengolah lahan 1.700 meter persegi, pendapatan bulanan Mujib hanya Rp 300.000-Rp 400.000 per bulan. Itu pun dengan catatan kalau panen padi tidak ada gangguan.
Karena tidak mencukupi kebutuhan, sekalipun dia masih membujang, Mujib mencari tambahan penghasilan dari berjualan benih dan pupuk.
Paling tidak untuk kedua usaha sampingannya itu, Mujib mendapatkan tambahan penghasilan bulanan Rp 100.000-Rp 200.000 per bulan. Dengan begitu, total penghasilannya menjadi Rp 500.000-Rp 600.000. Jumlah ini berbeda jauh dari pendapatan ayahnya yang dulu sebagai petani dengan lahan satu bau dan bekerja sebagai pegawai negeri sipil.
”Meski saya sudah cari tambahan penghasilan, tetap kecil pendapatannya,” kata Mujib, yang pernah juga mencoba membudidayakan lele, tetapi malah merugi Rp 700.000. Berharap mendapat tambahan penghasilan, ia justru merugi.
Hadi Subeno (50), petani dari Desa Pegundan, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, saat ditemui sedang menjadi buruh panen di Desa Selapura, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, mengatakan, selama ini ia hanya bertani pada lahan sewa seluas 1.700 meter persegi.
Dengan biaya sewa tanah sebesar Rp 1,5 juta sekali musim tanam, ia sering tidak bisa mendapatkan hasil. Rata-rata, hasil penjualan padi pada lahan tersebut sebesar Rp 2,5 hingga Rp 3 juta. Padahal, ia juga masih harus mengeluarkan biaya tanam sekitar Rp 1 juta. ”Sering tidak dapat apa-apa, tidak nombok, tetapi juga tidak untung,” katanya.
Beberapa warga di Kecamatan Tanjung Morawa dan Lubuk Pakam, Deli Serdang, Sumatera Utara, beralih dari petani menjadi buruh tani lantaran hasil pertanian tidak mencukupi untuk menutupi kebutuhan hidup. Sekarang mereka hidup dengan mengandalkan upah buruh tani dan kerja serabutan.
Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Lampung Bustanul Arifin, saat dihubungi secara terpisah di Jakarta, juga mengakui pemiskinan petani yang menjadi-jadi dan terus meluas sebagai dampak fragmentasi lahan pertanian.
”Mau menggunakan perhitungan model apa saja, dengan kepemilikan lahan sempit tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidup mendasar mereka,” kata Bustanul menjelaskan. Ia menghitung, dengan kepemilikan lahan kurang dari 0,5 hektar, kebutuhan hidup petani yang bisa dipenuhi dari usaha pertanian mereka maksimal 54 persen.
sumber: www.situshijau.co.id
Bahan Kuliah Pengelolaan DAS (bu Komariah)
Saturday, April 16, 2011 | 0 comments
Bahan Kuliah SISDAL_AGT08_Dwi Priyo Ariyanto
Friday, January 7, 2011 | 0 comments
AGROTEK HAVE FUN
Wednesday, January 5, 2011 | 0 comments
Hadiri dan Serukan "Agrotek Have Fun " ===> Minggu, 9 Januari 2011 @ 08.00 WIB tujuan nDayu Park >> Pelatihan dan Kunjungan Pertanian $$ Rp.20.000,00 Fasilitas : Snack, Makan Siang, Transportasi Bus,Pelatihan Agronomi Terbuka untuk seluruh Mahasiswa Agroteknologi UNS semua angkatan Sebarkan info ini kesuluruh penjuru civitas akademika FP UNS DAFTARKAN DIRI ANDA SEGERA KE 085728326653(Ibnati Baroroh) Tunjukkan JIWA Pertanian Kalian.... by. Bid. Keilmiahan & Keprofesian Format |