Karabenguk (Mucuna pruriens
L.) termasuk ke dalam keluarga Papilionaceae
dimana mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi serta rendah lemak.
Jenis tanaman kacang-kacangan ini sering disebut velvet bean. Asal mulanya dari Asia Selatan dan Tenggara. Tanaman
ini biasa dikembangkan di kawasan Asia Tenggara sebagai tanaman penutup tanah (cover crop). Seperti di ketahui bahwa
tanaman penutup tanah konvensional yang telah digunakan antara lain Centrosema pubescens, Calopogonium
muconoides dan Puereria javanica.
Tanaman penutup tanah biasa dimanfaatkan sebagai penyubur tanah, pencegah
erosi, pengendali gulma serta menstabilkan suhu tanah antara siang dan malam
hari.
Penelitian mengenai budidaya karabenguk telah banyak dikembangkan
sejak 2 dekade terakhir. Prof. Supriyono* sebagai salah satu peneliti biologi
dan budidaya karabenguk di Indonesia
memaparkan bahwa salah satu manfaat karabenguk adalah sebagai tanaman perintis
(pioneer) pada lahan-lahan tandus.
Bijinya dapat digunakan sebagai bahan obat karena mengandung L-Dopa (levodopa). L-dopa dapat digunakan
sebagai pengendali penyakit parkinson* selain juga sebagai obat pembuat muntah
untuk mengeluarkan senyawa racun. Sebagai tanaman kacang-kacangan, karabenguk
juga mampu menambat N2 bebas dari udara akibat bersimbiosis dengan
Rhizobium.
Di Indonesia sendiri ada beberapa kultivar karabenguk yang telah
diteliti yaitu kultivar Putih Gunung Kidul, Putih Kedung Ombo, Rase, Hitam
Gunung Kidul, Luthung dan Putih Kulon Progo. Hasil beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kultivar Rase memiliki kuantitas hasil biji yang tinggi,
kadar protein cukup tinggi serta kadar HCN rendah. Untuk itu kultivar ini dapat
dianjurkan untuk meningkatkan ketersediaan protein nabati yang aman.
*Guru Besar Agronomi Program
Pascasarjana UNS dan Penulis Buku : Biologi dan Budidaya Karabenguk, Aneka
Olahan Kacang Tanah, dan Membuat Pekarangan Produktif serta Sprayer Pertanian.
*Penyakit yang disebabkan adanya gangguan pada otak, yaitu pada sistem saraf pusat otak manusia mengalami kemunduran.