Di era modern ini, kita memang telah mengenal teknologi pertanian yang
telah di kembangkan di berbagai negara. Tiap negara berlomba-lomba untuk
terus mengembangkan teknologi pertaniannya agar tidak kalah saing dan
lebih baik lagi dalam memajukan pertanian masing-masing. Berusaha untuk
menjadi nomor satu, baik di dalam maupun di luar negeri
Berikut ini adalah 4 negara dengan pertanian terbaik beserta ulasannya.
1. Jepang
Siapa yang tidak mengenal Jepang. Negara yang dijuluki Negara Seribu
Sakura yang menawan ini ternyata memiliki pertanian yang terbaik.
Sebagai negara dengan budaya teknologi yang tinggi, Jepang menerapkan
juga teknologi untuk bidang pertaniannya.
Pertanian di negara ini
sangat diatur secara detail, dikerjakan secara serius, mengutamakan
teknologi namun tetap ramah lingkungan. Dengan keunikan pengelolaannya
itu, Badan Pertaniannya PBB (FAO) menjadikan daerah pertaniaan di Jepang
masuk dalam daftar Warisan Penting Sistem Pertaniaan Global (GIAHS).
Dengan porsi lahan pertanian hanya 25 % saja, masyarakat Jepang
benar-benar memanfaatkan lahan mereka secara efisien, mereka menanam di
pekarangan, ruang bawah tanah, pinggiran rel kereta, di atas gedung,
pokoknya setiap lahan yang dapat dimanfaatkan mereka optimalkan.
Pasca Tsunami yang meluluh lantahkan sebagian lahan pertaniannya,
jepang merencanakan sitem pertanian yang lebih modern. Sistem pertanian
yang dijalankan oleh robot, seperti traktor tanpa awak, mesin tanam dan
mesin panen. Untuk menghalau hama jepang akan menggunakan teknologi
lampu LED.
Sedangkan, saran Departemen Pertanian Jepang untuk Indonesia menyebutkan
bahwa teknologi dan sistem distribusi jadi kunci sukses pertanian.
Seperti yang telah di muat di situs VIVAnews - Wakil Direktur Jenderal Kementerian
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang, Sakuraba, berbagi tips kepada
Kemtan Indonesia yang ingin meningkatkan produk padinya agar memiliki
kualitas nomor wahid. Menurut Sakuraba, rahasia dari produk pangan yang
baik terletak dari teknologi yang digunakan ketika memanen dan sistem
distribusi produknya.
Hal itu diungkap Sakuraba ketika berbincang dengan VIVAnews di kediaman Duta Besar Jepang untuk Indonesia.
"Sangat
penting bagi Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan infrastruktur dan
meningkatkan teknik memanen mereka. Selain itu pemerintah harus
melakukan pengecekan yang menyeluruh dari produk pangan itu dipanen
hingga disajikan sebagai makanan di meja makan," papar Sakuraba.
Di
Jepang sendiri, hampir seluruh rakyatnya juga mengkonsumsi nasi seperti
masyarakat Indonesia. Namun sayangnya, kini produk nasi mulai
digantikan kehadiran roti.
"Oleh sebab itu Kementerian Pertanian
gencar mempromosikan kepada masyarakat agar mengkonsumsi lebih banyak
nasi," kata Sakuraba.
Hal ini tentu berbanding terbalik dengan
kebijakan Pemerintah Indonesia yang gencar mempromosikan Gerakan Sehari
Tanpa Nasi yang dicanangkan Kemtan pada Oktober 2010 silam. Gerakan itu
merupakan kegiatan moral yang bertujuan untuk menekan konsumsi beras
yang kian membumbung tinggi.
Selain itu dengan absen mengkonsumsi
nasi selama sehari dan beralih ke produk pangan lain diyakini dapat
meningkatkan kesehatan, khususnya mengurangi risiko terkena penyakit
seperti diabetes. (adi)
Mesin Penanam dan Pemanen Padi Otomatis, Syarat Swasembada Pangan
Penanam Padi Otomatis (Rice transplanter)
adalah mesin modern untuk menanam bibit padi dengan sistem penanaman
yang serentak. Mesin ini sudah banyak di gunakan di beberapa negara.
seperti China dan Taiwan. Cara pakai alat ini sangat gampang. Bibitkan
gabah dalam
petakan sawah seluas 20×80 cm. Setelah tumbuh menjadi bibit dan sudah
berumur 15 hari, bibit tersebut ditaruh di atas mesin rice
transplater.Selanjutnya, mesin siap beroperasi. Dalam sekali gerak,
mesin ini dapat membuat 4 jalur dengan jarak antar jalur 30 cm. Hanya
dalam waktu 4 jam, satu ton bibit padi yang digendongnya sudah habis
ditanam.Berkurangnya tenaga kerja di sektor pertanian membuat petani
harus lebih efisien dalam bertani dengan modernisasi alat-lat pertanian
dan teknologi pertanian.
Beberapa jenis mesin tanam bibit padi- Mesin tanam bibit padi dari Jepang
- Mesin tanam bibi padi dari China
- Mesin tanam bibit padi dari IRRI
2. Belanda
Menurut saya negara ini sangat mengagumkan dalam hal pengelolaan
pertaniannya. Dengan luas wilayah yang relatif kecil bila dibandingkan
Indonesia, pada tahun 2011 Belanda mampu menjadi negara peringkat 2
untuk negara pengekspor produk pertanian terbesar didunia dengan nilai
ekspor mencapai 72,8 miliar Euro.
Produk andalannya adalah benih dan
bunga. Sektor pertanian merupakan pendorong utama ekonomi di Belanda
dengan menyumbang 20% pendapatan nasionalnya.
Kunci dari majunya pertanian di Belanda adalah Riset.
Kebijakan-kebijakan dan teknologi di adopsi dari riset-riset yang
dilakukan para ahli. Salah satu pusat riset pertanian yang terkenal
disana adalah universitas Wageningen.
Seperti yang telah di kutip pada sebuah situs bahwa negara Belanda dengan luas hanya 41.526km
persegi mampu menjadi yang lebih unggul bila dibandingkan dengan negara
kita yang luasnya 1.919.440km persegi. dan perlu kita garis bawahi
bahwa nyaris seluruh wilayah di Belanda ada di bawah permukaan laut.
“Inovasi tiada henti dan kreativitas tanpa batas”
Kedua hal tersebut yang membawa negara Belanda selalu menjadi yang
terbaik. Kemajuan sektor pertanian Belanda tidak hanya berfokus pada
optimalisasi keuntungan namun juga sangat memperhatikan keberlanjutan
dan keramahan lingkungan.
Pemerintah Belanda membentuk Mentri Ekonomi,
Pertanian dan Inovasi yang difungsikan untuk membawa Belanda menjadi
negara yang memadukan inovasi di dalam pertanian untuk mencapai ekonomi
negara yang kuat dengan mengutamakan keberlanjutan lingkungan hidup.
Salah satu kreativitas negara Belanda adalah menciptakan atau memanipulasi iklim
Nimbus II 2012, awan didalam kamar |
Berkat Industri kreatif, perekonomian Belanda meningkat sebesar 3%
dari GDP yaitu 16,9 Milyar Euro. Jadi industri kreatif mampu
meningkatkan potensi perekonomian suatu negara, termasuk Belanda.
Tetapi, apakah cakupan industri kreatif hanya dibidang tersebut?
Tentu saja tidak. Adalah pertanian, sektor penting di dunia, tanpa
pertanian apakah kita akan bertahan hidup? Semua makanan dan minuman
yang kita konsumsi berasal dari produk pertanian. Maka dapat dikatakan
bahwa “Agriculture feed the world”. Lalu bagaimana kondisi pertanian di Belanda?
Luas wilayah Belanda hanya 41.526 km2, Belanda mempunyai potensi
alam yang cukup baik untuk pertanian, Belanda mampu mengeksplorasi
potensi tersebut dengan baik. Walaupun lahannya tidak luas, Belanda
mampu menjadi negara yang dapat mencukupi kebutuhan pangan di negaranya
tanpa mengimpor bahkan menjadi negara pengekspor pertanian. Hal tersebut
dapat terjadi karena Belanda mampu mengoptimalkan keterbatasan menjadi
kekuatan dan juga didukung dengan daya kreatifitas dan berpikir out of the box.
Pertanian di Belanda sangat terintegrasi dan penuh dengan teknologi
modern. Penggunaan teknik rumah kaca, memanipulasi iklim dalam ruangan
serta teknologi robotik dan komputerisasi sudah menjadi hal yang lazim.
Ketika musim panas, Belanda menerapkan mekanisme solar cell dirumah kaca
yang berfungsi memanen energi panas dan disimpan di tandon dan sungai –
sungai bawah tanah sehingga dapat menaikkan suhu air. Maka ketika musim
dingin tiba, tidak perlu khawatir, karena mesin – mesin blower memanen
simpanan energi bawah tanah dan mensirkulasi udara untuk memanipulasi
iklim dalam ruangan, sehingga pertanian tetap berjalan. How cool the Dutch are!
Salah satu produk pertanian olahan kakao Belanda adalah Cokelat
Van Houten. Berkat ke-kreatifitasan dalam pengemasan dan teknologi
modern, sehingga menjadi cokelat yang terkenal di dunia.
Belanda juga terkenal dengan sektor pertanian non-pangan dan
merupakan salah satu komponen penyumbang devisa, yaitu bunga Tulip.
Peneliti dan ahli mampu membiakkan berbagai jenis bunga tulip, sangat
kreatif dan inovatif. Seperti halnya di kebun tulip terbesar di Belanda,
yakni Keukenhof (The Garden of Europe). Setiap musim semi, terdapat 7
juta bunga tulip dibiakkan disana.
Kebun bunga tulip di depan Keukenhof |
Industri pertanian menyumbang 20% terhadap ekonomi Belanda. Bagaimana
dengan Indonesia? Indonesia memiliki luas wilayah dan potensi alam yang
jauh lebih besar dari Belanda, perlu di eksplor lebih baik agar
Indonesia bisa menjadi negara yang maju dalam sektor pertanian.
Setelah saya membaca berbagai literatur mengenai perkembangan
pertanian di Belanda, saya yang kini masih menuntut ilmu di bidang
pertanian, ingin sekali menginjakkan kaki di Belanda. Ingin melihat
betapa canggih dan kreatifnya pertanian disana, ingin menimba ilmu dan
menerapkannya di Indonesia agar pertanian di negara kita pun bisa
seperti di Belanda atau bahkan jauh lebih baik.
Jika Belanda dengan luas wilayah hanya 41.526km2, mengapa Indonesia yang memiliki luas wilayah
1.919.440km2 tidak bisa lebih baik dari
itu? saatnya kita untuk lebih maju kedepan. buktikan bahwa Indonesia
bisa lebih baik. Jaya Pertanian Indonesia!
3. Amerika Serikat
Amerika Serikat terkenal sebagai penghasil kacang kedelai, gandum,
kapas, kentang dan tembakau di dunia. Harga produk-produk tersebut
sangat mempengaruhi harga di dunia. Pertanian di sana dikerjakan dengan
luas kepemilikan lahan yang luas, dikerjakan dengan teknologi pertanian
yang hampir separuhnya dilakukan oleh mesin. Sistem irigasi dalam
pengelolaan air pun di buat lebih efisien.
Cara AS memajukan pertanian
Kemajuan pertanian dengan menerapkan perkembangan teknologi dan
inovasi terkini, membuat Amerika Serikat menjadi negara pengekspor hasil
pertanian terbesar di dunia. Dukungan pemerintah dan kalangan
universitas menjadikan petani di sana makmur.
Amerika Serikat (AS) merupakan salah satu negara pengekspor hasil
pertanian terbesar di dunia. Komoditasnya pun lengkap dan berkualitas
sangat baik, mulai dari sayur-sayuran, buah-buahan, ayam potong, daging
sapi, susu, hingga ke tembakau dan biji-bijian.
Hasil tani utama para petani AS, antara lain gandum, kacang kedelai,
beras, kapas, dan tembakau. Komoditas ini sebagian besar dieks-por ke
sejumlah negara. Indonesia, antara lain mengimpor kacang kedelai,
gandum, kapas, produk olahan susu, dan pakan ternak. Sungguh sebuah
ironi. Ya...., berbagai tanaman ini semestinya dapat dihasilkan di tanah
Indonesia yang subur.
Kalau kita menoleh sejenak ke belakang, sejarah mencatat bahwa sebelum
orang-orang Eropa datang ke benua Amerika, penduduk asli Amerika, suku
Indian telah menanam jagung. Jadi, umur perkebunan jagung di AS telah
ribuan tahun. Nah.. waktu orang-orang Eropa dari berbagai negara mulai
berdatangan, pertanian semakin meluas di sana.
Teknologi pertanian AS semakin maju lagi sejak abad ke-19, saat banyak
mesin dan teknologi baru ditemukan. Kemajuan teknologi ini sampai ke AS,
tetapi tidak membuat mereka meninggalkan pertanian. Justru pertanian
di sana semakin berkembang. Mesin dan teknologi yang ditemukan itu juga
digunakan untuk meningkatkan hasil dan mutu pertanian.
Seperti penerapan ilmu biologi untuk mencangkok tanaman, agar hasil
buahnya lebih bagus dari tanaman induknya. Ilmu pertanahan berguna untuk
mengelola tanah pertanian dan mengatur sistem irigasinya. Kemajuan
teknologi membuat pertanian semakin maju. Buktinya, lahan pertanian pun
makin luas. Kebanyakan lahan pertanian di AS ditanami, antara lain
jagung dan gandum. Tanah pertanian utama digunakan untuk menghasilkan
makanan serat-seratan.
Bahkan komoditas yang dulunya tidak ada di sana, sekarang ini sudah
banyak juga. Salah satunya adalah kedelai, yang baru diperkenalkan di AS
pada tahun 1950-an, kini menjadi salah satu pengekspor kedelai
terbanyak. Dan, salah satu importir kedelai dari AS adalah Indonesia.
“If you want the present to be different from the past, study the past.” (Baruch Spinoza, Dutch Philosopher)
Sesuai dengan kutipan diatas, Belanda telah membuktikan menjadi
negara yang berbeda dari negara-negara lain di dunia dengan terus
belajar dan belajar. Belanda tampil menjadi negara yang kuat dan sering
masuk dalam jajaran negara-negara terbaik di dunia di berbagai aspek.
Belanda adalah negara pengekspor produk pertanian terbesar kedua setelah
USA dan negara pengekspor sayur serta bunga terbesar ketiga di dunia.
Belanda memasok seperempat dari sayuran yang diekspor Eropa. Meskipun
Belanda tergolong negara maju namun sektor agribisnis menjadi salah satu
sektor utama dan pendorong kemajuan ekonomi Belanda.
“Inovasi tiada henti dan kreativitas tanpa batas”
Kedua hal tersebut yang membawa negara Belanda selalu menjadi yang
terbaik. Kemajuan sektor pertanian Belanda tidak hanya berfokus pada
optimalisasi keuntungan namun juga sangat memperhatikan keberlanjutan
dan keramahan lingkungan. Pemerintah Belanda membentuk Mentri Ekonomi,
Pertanian dan Inovasi yang difungsikan untuk membawa Belanda menjadi
negara yang memadukan inovasi di dalam pertanian untuk mencapai ekonomi
negara yang kuat dengan mengutamakan keberlanjutan lingkungan hidup.
“Agriculture is our wisest pursuit, because it will in the end contribute most to real wealth, good morals, and happiness.”
(Letter from Thomas Jefferson to George Washington (1787))
(Letter from Thomas Jefferson to George Washington (1787))
Pada tahun 2010, di Belanda terdapat 10.000 Ha greenhouse dan
separuhnya digunakan untuk menanam sayuran. Tomat, paprika dan mentimun
merupakan hasil utama dari greenhouse ini. Greenhouse di Belanda
dilengkapi teknologi yang canggih dan mengefisienkan waktu kerja.
Contohnya, greenhouse yang memproduksi honing tomaten sejenis tomat
ceri dengan warna merah cerah, tekstur daging buah yang renyah dan cita
rasa manis seperti madu.
Greenhouse honing tomaten ini bisa dikatakan
unik karena melibatkan lebah madu sebagai predator alami dan membantu
dalam penyerbukan bunga tomat. Penggunaan lampu ultraviolet pada musim
salju menggantikan paparan sinar matahari agar tanaman tetap dapat
berfotosintesis sehingga kegiatan produksi tomat tidak terhenti.
Desain
kreatif pada kemasan makin mempercantik dan memberi kesan eksklusif
tomat-tomat ini. Pemikiran kreatif yang membuat tomat tidak dipandang
hanya sebagai sayur atau buah saja, namun mampu memberi kesan yang
indah, eksklusif bahkan menarik untuk dijadikan cenderamata. Berikut
kemasan honing tomaten yang begitu menarik dan telah mengisi rak-rak
supermarket di Eropa.
Hasil ekspor produk pertanian di negara ini adalah USD 11,8 miliar
atau 1,5% pendapatan nasionalnya. Seperti juga di negara dengan
pertanian lainnya, separuh pengerjaan dilakukan dengan teknologi
canggih. Contohnya dalam penanaman padi, mereka menerapkan sistem yang
sangat berbeda dengan Indonesia.
Bila di Indonesia bibit padi di semai
pada satu hamparan sebelum dipindah pada lahan sawah, di Taiwan bibit
padi dimasukan suatu wadah pot segi empat dengan ketinggian 2 cm, saat
tanam menggunakan mesin dengan kecepatan 3 jam/ha. Cara ini dapat
menghemat waktu, tenaga, biaya serta menghasilkan pertumbuhan padi lebih
baik, karena pada saat tanam tidak perlu mencabut bibit dari
persemaiaan yang akan membuat tanaman stress dan memerlukan waktu untuk
adaptasi.
Mengintip Pertanian Modern Taiwan
Hamparan
sawah seluas satu hektar, hanya memerlukan waktu tiga jam dalam menanam
padi, jika menggunakan mesin tanam padi seperti yang ada di Taiwan.
Dengan pola tanam tersebut tentu dapat menghemat tenaga kerja, waktu
serta yang menggiurkan adalah hasil panen yang memuaskan.Per hektar
mampu menghasilkan 12 ton gabah.
Sistem pertanian modern di Taiwan, agaknya menjadi daya tarik bagi Kepala KDEI Taipei.Sehingga walau harus menempuh perjalanan sekitar 3 jam antara Taipei Changhua, bapak dua putra ini tetap semangat mengikuti arahan dari konsultan teknik Chang Kuo-An saat mengunjungi para petani Taiwan beberapa waktu lalu.
Dalam paparannya Mr. Chang menjelaskan, jika pertanian di Taiwan sistem menanam padi sangat jauh dengan sistem yang ada di Indonesia.Jika petani Indonesia dari bibit di semai dihamparan persemaian. Setelah persemaian tumbuh dengan memakan waktu kira-kira 15 hari barulah bibit padi di cabut(di daut) dari persemaian. Setelah itu padi baru di tanam diatas lahan. Dalam satu hektar cara penanaman ini memerlukan waktu seminggu dan membutuhkan tenaga kerja sekitar empat atau lima orang.
Menurut Mr. Chang, jika sistem tanam seperti petani di Indonesia yang di jelaskan diatas, tentu ada beberapa kekurangannya. Diantaranya, bibit padi yang telah tumbuh di media semai, lantas di cabut lagi lalu di tanam di lahan sawah, tentu akan kurang bagus hasilnya. Karena padi yang di cabut akan stress dan untuk pulih memerlukan waktu seminggu. Induknya sudah tumbuh, anakannya baru tumbuh seminggu lagi. Selanjutnya bibit yang di cabut akar-akarnya akan tertinggal di lahan persemaian kira-kira bisa 40 persennya. Jadi ada 40 persen bibit yang hilang.Hal ini tentu akan mempengaruhi hasil produksi.
Sistem pertanian modern di Taiwan, agaknya menjadi daya tarik bagi Kepala KDEI Taipei.Sehingga walau harus menempuh perjalanan sekitar 3 jam antara Taipei Changhua, bapak dua putra ini tetap semangat mengikuti arahan dari konsultan teknik Chang Kuo-An saat mengunjungi para petani Taiwan beberapa waktu lalu.
Dalam paparannya Mr. Chang menjelaskan, jika pertanian di Taiwan sistem menanam padi sangat jauh dengan sistem yang ada di Indonesia.Jika petani Indonesia dari bibit di semai dihamparan persemaian. Setelah persemaian tumbuh dengan memakan waktu kira-kira 15 hari barulah bibit padi di cabut(di daut) dari persemaian. Setelah itu padi baru di tanam diatas lahan. Dalam satu hektar cara penanaman ini memerlukan waktu seminggu dan membutuhkan tenaga kerja sekitar empat atau lima orang.
Menurut Mr. Chang, jika sistem tanam seperti petani di Indonesia yang di jelaskan diatas, tentu ada beberapa kekurangannya. Diantaranya, bibit padi yang telah tumbuh di media semai, lantas di cabut lagi lalu di tanam di lahan sawah, tentu akan kurang bagus hasilnya. Karena padi yang di cabut akan stress dan untuk pulih memerlukan waktu seminggu. Induknya sudah tumbuh, anakannya baru tumbuh seminggu lagi. Selanjutnya bibit yang di cabut akar-akarnya akan tertinggal di lahan persemaian kira-kira bisa 40 persennya. Jadi ada 40 persen bibit yang hilang.Hal ini tentu akan mempengaruhi hasil produksi.
Cara tanam dengan menggunakan mesin tanam ini hanya memerlukan waktu tiga jam per hektar. Menggunakan mesin tanam ini, selain lebih efisien waktu dan tenaga juga membuat tanaman rapi, karena secara otomatis mesin telah memisah-misah bibit dengan jumlah yang sama dan dalam garis yang sama pula.Dengan menggunakan system ini, akan memperpendek proses olah, tanam dan petik. Mulai dari persemaian hingga panen petani akan merasakan jika dengan system ini akan lebih menguntungkan.
Keunggulan teknologi pertanian Taiwan ini, karena proses pertanian di dukung dengan mesin yang seluruh prosesnya tidak banyak menyerap tenaga manusia. Seperti yang terlihat di lokasi, jika terdapat dua ruang yang terdapat mesin pompainer. Satu ruang khusus untuk mencampur tanah gabah dan pupuk, serta satu ruang lagi sebagai tempat pencetakan bibit.MenuruT Mr. Chan jika mesin pompainer berfungsi untuk menjaga mutu bibit yang di tanam.Sementara mesin-mesin ini mampu menghasilkan produksi bibit sekitar 3000 dapot per jam.
Suhartono dalam kunjungannya juga sempat menjalankan mesin tanam padi.Menurutnya mesinnya mudah dijalankan, dan jika petani Indonesia menggunakan mesin ini, diharapkan Indonesia bakal menjadi negara surplus akan pangan. Mengingat lahan di Indonesia masih cukup luas sementara tak di manfaatkan dengan baik.” Jika saja Indonesia mengadopsi sistem pertanian seperti ini, mungkin cerita soal import beras tak ada ceritanya lagi.
Terutama bagi petani, yang bakal merasakan manfaatnya karena panen bisa
tiga kali dalam setahun karena pendeknya waktu.Selain itu tenaga kerja
muda, yang mungkin malu bekerja di sawah dan memilih ke luar negeri juga
akan berkurang. Karena dengan menggunakan system pertanian modern hasil
yang di dapatkan akan memuaskan.maka kenapa mesti keluar negeri?’
ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan Chang Kuo-An, jika sudah saat
Indonesia menggunakan tehnologi modern dalam pertaniannya, karena jika
tidak bakal ketinggalan dengan petani-petani dari negara lain. Yang
karena ketertinggalan tersebut akhirnya sangat tak masuk akal, jika
negara agraris sampai mengimport beras untuk memenuhi kebutuhan pangan
warganya.
Rujukan:
No comments:
Post a Comment