Waduk Kedung Ombo (disingkat WKO) merupakan salah satu waduk yang
memegang peranan penting dalam penyediaan air di daerah kering terutama di Kab.
Grobogan, Sragen dan Boyolali. Salah satu upaya perlindungan kawasan WKO
sebagai sumber air adalah dengan pengembangan Sabuk Hijau (Greenbelt). Greenbelt adalah
hutan yang tumbuh pada kawasan sekitar bendungan/waduk/danau pada daratan sepanjang
tepian danau/bendungan/waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan
kondisi fisik bendungan/waduk/danau (Departemen Kehutanan 2006). Pada kawasan
ini tidak diperbolehkan melakukan penebangan pohon dan melakukan pengolahan
tanah. Greenbelt sebagai daerah penyangga waduk mendukung program kawasan
lindung nasional yang termasuk kawasan perlindungan setempat.Menurut sejarah, tahun 1985 pemerintah RI merencanakan membangun
waduk baru di Jawa Tengah untuk pembangkit tenaga listrik berkekuatan 22,5 megawatt
dan dapat menampung air untuk kebutuhan 70 hektar lahan disekitarnya.
Pembangunan WKO ini dibiayai USD 156 juta dari Bank Dunia, USD 25,2 juta dari
Bank Exim Jepang, dan APBN dimulai tahun 1985
sampai 1989. WKO dibangun pada pertemuan Sungai Uter dan Sungai Serang yang
terletak di Dk. Kedungombo, Ds. Ngrambat, Kec. Geyer, Kab. Grobogan.WKO mulai diairi pada 14 Januari 1989. Menenggelamkan 37 desa, 7 kecamatan
di 3 kabupaten, yaitu Grobogan, Sragen, dan Boyolali. Menurut sejarah pula, sebanyak 5268 keluarga dilaporkan
kehilangan tanahnya akibat pembangunan waduk ini. Terlepas dari segala
kontroversi yang menyertainya selama pembangunan, pada akhirnya dapat dirasakan
manfaatnya sekarang ini. Kawasan WKO mempunyai area seluas 6.576 Ha yang
terdiri dari lahan perairan seluas 2.830 Ha dan lahan daratan seluas 3.746 Ha.Kondisi tata guna lahan pada tingkat pedesaan lebih didominasi
oleh pemanfaatan lahan berturut-turut sawah irigasi, rumput, belukar/ semak, permukiman,
kebun, tegalan, tanah berbatu dan gedung. Jenis tanaman yang diusahakan di
kawasan Greenbelt umumnya adalah
tanaman semusim dengan pengolahan tanah yang intensif dan pola tanam palawija.
Tanaman yang mendominasi adalah jagung (Balitbangtan 2012).
Kawasan lahan pertanian di WKO didominasi oleh komoditas jagung.
Menurut data dari Kelompok Tani Hutan
Waduk Kedungombo, luas tanaman jagung hibrida di kawasan hutan dan lahan pasang
surut kini mencapai 8.835 hektare dan luasan tersebut akan terus bertambah
hingga puluhan ribu hektare dengan bekerjasama dengan Perum Perhutani Jateng. Adapun
rata-rata produksi atau panen nasional 3,2 ton/hektare. Tanaman semusim lainnya didominasi pula oleh ubi kayu sebesar
148.294 kw dan padi sebesar 84.570 kw. Tanaman kehutanan didominasi oleh jenis
Jati (Tectona grandis) dan Mahoni (Swietenia macrophylla). Salah satu
sistem pengelolaan lahan yang mungkin dapat ditawarkan untuk pengembangan
Greenbelt di WKO yaitu agroforestry.
Tanggul WKO (Foto : Koleksi Pribadi)
|
Direview Oleh:
Arief Wid (Kader FORMAT)
No comments:
Post a Comment